Sabtu, 15 Oktober 2016

Blog Ketinggalan Zaman : Sejarah Bupati Bandung Dari Masa Kemasa

Sejarah Bupati Bandung Dari Masa Kemasa



      

BUPATI BANDUNG 

R.A.A.WIRANATA KUSUMAH


Hingga
berakhirnya kekuasan Kompeni Belanda (VOC) pada akhir 1779,Kabupaten
Bandung beribukota di Krapyak,Citeureup atau sekarang dikenal dengan
Dayeuh Kolot,selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun
temurun oleh enam orang Bupati.



Tumenggung Wira Angun-Angun(Bupati Pertama) yang memerintah dari tahun 1641 sampai tahun 1681. 

Lima
Bupati lainnya adalah Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun
1681-1704,Tumenggung Angadireja I (1704-1747), Tumenggung Anggadireja II
(1747-1763),R.Anggadireja III dengan gelar R.A.Wiranatakusumah I
(1763-1794) dan R. Adipati Wiranatakusumah II yang memerintah dari tahun
1794 hingga tahun 1892.



Pada
masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranatakusumah II,Ibukota Kabupaten
Bandung dengan alasan Krapyak tidak strategis sebagai Ibukota
Pemerintahan,karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering
dilanda banjir.
 R.A.
Wiranatakusumah II adalah sebagai pendiri Kota Bandung tempo doeloe.
Pemindahan Ibukota Bandung kelokasi baru merupakan peristiwa penting dan
bersejarah,karena penentuan letak Ibukota Bandung mendekati Jalan Raya
Pos (Groote Postweg) yang sarat dengan kepentingan penjajah Belanda (hal
ini perlu untuk diketahui oleh sejarawan dan sebagai penelusuran
sejarah yang selama ini tercatat bahwa penentuan lokasi Ibukota Bandung
ditentukan oleh penjajah Belanda).



Konon
R.A Wiranatakusumah II dalam menentukan lokasi untuk Ibukota ini
tidaklah sembarangan dan pertimbangan-pertimbangan yang matang,dan
bertafakur di pinggir Sungai Cikapundung yang dilakukan diantara dua
sumur sisa Telaga Bandung,barulah memperoleh petunjuk penentuan lokasi
Ibukota Bandung.



Sekitar
tahun 1808 atau awal tahun 1809,Bupati beserta sejumlah rakyatnya
pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal Ibukota baru. 



Mula-mula
bupati bertempat tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti),kemudian
pindah ke Balubur Hilir,selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor(Kebon
Kawung,Gedung Pakuan sekarang) dan terakhir R.A. Wiranata Kusumah II
bersama rakyatnya membuka hutan bekas tempat mandi badak putih yang
sekarang tempat berdirinya Pendopo Kota Bandung konon,bekas tempat mandi
badak putih apabila dipergunakan untuk pemukiman akan menjadi tempat
yang subur dan makmur.



Selama 18,tahun Bupati R.A. Wiranatakusumah II memimpin Ibukota yang baru. pada tahun 1829 beliu wafat.

Sebagai
penggantinya adalah putra sulungnya yang bergelar Wiranatakusumah III
atau terkenal dengan Dalem Karanganyar atau sekitar Hotel Homann
sekarang.



Karena
kondisi kesehatan yang tidak baik R.A. Wiranatakusumah III mengundurkan
diri dari jabatannya pada tahun 1846 dan digantikan oleh putra
keempatnya bernama R.Suryakarta Adiningrat.



Setelah
menjabat sebagai BupatiR.Suryakarta Adiningrat dianugrahi gelar Adipati
Wiranatakusumah IV. karena jasa-jasanya yang besar dalam pembangunan
kota Bandung,antara lain memimpin pendirian Masjid Agung Bandung(1850)
membuka Sekolah guru atau Kweek School (1866),mendirikan Sekolah Pangreh
Praja yang bernama Opleiding School Voor Indladsche Ambtenaren (OSVIA),
membantu dan mendorong Dr.Frans Willem Junghuhn untuk merintis dan
mengembangkan penanaman pohon kina di dataran tinggi Bandung dan
membangun Gedung Keresidenan yang kini dikenal sebagai Gedung
Pakuan(tempat tinggal Gubernur) maka Bupati Adipati Wiranatakusumah IV
mendapat julukan Dalem Bintang.



Dalem
Bintang wafat tahun 1874 digantikan oleh saudaranya yang bernama
R.Adipati Kusumahdilaga (1874-1893). beliau tidak memakai gelar
Wiranatakusumah kemungkinan karena Bupati yang digantikan bukan ayahnya
melainkan saudaranya.



Pada
tahun 1893 Bupati R.A.Adipati Kusumahdilaga meninggal dunia
meninggalkan seorang putra,Rd. Muharam buah perkawinannya dengan R.Ayu
Sukarsih,Rd.Muharam dilahirkan pada tanggal 23 November 1888.



Pada
saat ayahnya meninggal dunia,R. Muharam tidak dapat langsung
menggantikan kedudukan Bupati Bandung karena usianya pada saat itu baru 5
tahun, Pemerintah Hindia-Belanda mengangkat R.A.A Martanagara
(1893-1918) (seorang bangsawan Sumedang) menjadi Bupati Bandung
menggantikan Bupati R.Adipati Kusumahdilaga sampai R. Muharam cukup umur
untuk menjabat sebagai Bupati Bandung. Oleh karena itu R.A.A.
Martanegara mendapat julukan " Dalem Panyelang."



Setelah
3 tahun sepeninggal ayahnya,R.Muharam mengenyam pendidikan di
Eropeensche lagere School (ELS) atau setingkat Sekolah Dasar tetapi
bahasa pengantarnya mempergunakan bahasa Belanda. Selama
bersekolah,R.Muharam dititipkan pada keluarga Belanda bernama Adams. Hal
ini dimaksudkan agar R.Muharam mendapat pendidikan kedisiplinan dan
dapat menyerap ilmu pengetahuan dari kebiasaan kehidupan keluarga
Belanda.



R.Muharam
menyelesaikan pendidikannya di ELS pada tahun 1910,lalu meneruskan ke
OSVIA atau dikenal dengan Sakola Menak (bangsawan Sunda)selama tiga
tahun. Di tempat ini R. Muharam yang terkenal dengan kecerdasan dan
sifat pribadinya yang baik mendapat sponsor dan seorang warga
Belanda,Snoux Hougronje,untuk masuk Hogore burger School (HBS) di
Batavia. Karena sebagian politik Belanda pada saat itu maka tidak
sembarang orang pribumi dapat masuk HBS.



Selama
di Batavia,R.Muharam mendapat pendidikan bahasa Perancis,Inggeris dan
Jerman. Maka selain Bahasa Belanda beliau menguasai ketiga bahasa
tersebut.



Perjalanan
karir R.Muharam dimaulai setelah menyelesaikan sekolahnya di HBS selama
5 tahun. Dirintis sebagai juru tulis Camat Tanjungsari,Sumedang pada
tahun 1910. Sejak iru namanya diganti menjadi R.Wiranatakusumah.



Satu
tahun kemudian,R.Wiranatakusumah menjadi mantri Polisi
Ciheulang,Sukabumi. Dan pada tahun 1912 beliau diangkat menjadi seorang
camat Cibeureum,Tasikmalaya,pada tahun yang sama jejak karirnya
berlanjut menjadi Bupati Cianjur tempo dulu (1912-1920) dan mendapat
gelar Tumenggung. Pada saat itu R.Tumenggung Wiranatakusumah merupakan
Bupati Bupati termuda dengan usia 24 tahun di seluruh Hindia-Belanda
dengan prestasi dan pendidikan yang gemilang.



Berbagai
prestasi R.Tumenggung Wiranatakusumah pada saat di Cianjur adalah
pemberantasan penyakit malaria. Dengan cara pengeringan rawa-rawa dan
menjadikannya ladang sawah,selain memutuskan mata rantai
perkembangbiakan nyamuk malaria,Cianjurpun menjadi penghasil beras
terbesar di Tanah Pasundan. Prestasi tersebut diabadikan pada sebuah
tugu peringatan yang bisa kita lihat di daerah Cihea,Ciranjang ,Cianjur.



Prestasi
lain yang tak kalah pentingnya adalah menjadikan Cianjur sebagai daerah
otonomi pertama pada tahun 1917, Dalam pidato sambutannya,R.Tumenggung
Wiranatakusumah menyatakan " Kitalah yang mula-mula memperoleh
kepercayaan yang maha penting ini,kitalah yang dipercobakan akan
menjalankan perintah dengan menurut pikiran sendiri,yakni akan memajukan
negeri dan memimpin rakyat kepada kemajuan dan kepada kesentosaan.



Selain
kedua prestasi tersebut,R.Tumenggung Wiranatakusumah juga mendukung
pendirian Sekolah Kautamaan Istri yang dikelola R.Siti Jenab.


 Selama
8 tahun memerintah daerah Cianjur dengan prestasinya yang bisa
dikatakan gemilang serta didukung oleh garis keturunan,maka R.Tumenggung
Wiranatakusumah pada tahun 1920 diangkat menjadi Bupati Bandung
menggantikan R.A.A. Martanagara yang mengajukan pensiunnya.



Keputusan
pengangkatan tersebut berdasarkan surat keputusan dari Gubernur
Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum,dengan memperoleh gelar tambahan
Adipati.



Pengangkatan
R.Adipati Wiranatakusumah sebagai Bupati Bandung tempo doloe disambut
oleh rakyat dengan upacara dan pesta yang meriah. Penyambutan oleh
rakyat dengan hati yang lega dan gembira menggambarkan bahwa sosok
Bupati R.Adipati Wiranatakusumah V mempunyai kedekatan emosional dengan
rakyatnya,begitu juga sebaliknya.



Dengan
berbasis kerakyatan yang berpihak untuk kesejahteraan rakyatnya,beliau
kembali menelurkan prestsi-prestasi dengan membentuk koperasi-koperasi.
Bekal pengetahuan koperasi didapat dari kunjungannya ke Negeri Belanda
pada tahun 1928 dengan mempelajari salah satu koperasi yang bernama
Boeren Leenbank atau Bank Koperasi para Petani.



Selain
koperasi,R.Adipati Wiranatakusumah V juga bisa juga dibilang perintis
pembentukan lembaga-lembaga yang mementingkan rakyatnya. Lembaga-lembaga
tersebut anara lain,LEmbaga Bisu Tuli,Rumah Buta,Lembaga Bandoeng
Vooruit,Kebun Binatang Jaarbeurs dan Bank Himpunan Saudara yang
pengelolaannya dilakukan oleh orang Pribumi.



Dengan
segudang prestasi yang berhasil diperoleh,maka beliau kembali mendapat
gelar. Gelar tersebut adalah gelar Aria,sehingga lengkaplah sudah gelar
yang disandangnya yaitu Raden Aria Adipati
Wiranatakusumah(R.A.A.Wiranatakusumah). R.A.A Wiranatakusumah wafat pada
tanggal 22 Januari 1965.
Sumber:Majalah Sundawani Februari 2011.Oleh:Agung Ismail Mirza.

Kamis, 13 Oktober 2016

CERITA LEGENDA: CIUNG WANARA

CIUNG WANARA


Prabu Barma Wijaya Kusuma memerintah kerajaan Galuh yang sangat luas.
Permaisurinya 2 orang. Yang pertama bernama Pohaci Naganingrum dan yang
kedua bernama Dewi Pangrenyep. Keduanya sedang mengandung


Pada bulan ke-9 Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra. Raja sangat bersuka cita dan sang putra diberi nama Hariang Banga.

p1010990

Hariang Banga telah berusia 3 bulan, namun permaisuri Pohaci Naganingrum
belum juga melahirkan. Khawatir kalau-kalau Pohaci melahirkan seorang
putra yang nanti dapat merebut kasih sayang raja terhadap Hariang Banga,
Dewi Pangrenyep bermaksud hendak mencelakakan putra Pohaci.


Setelah bulan ke-13 Pohaci pun melahirkan. Atas upaya Dewi Pangrenyep
tak seorang dayang-dayang pun diperkenankan menolong Pohaci, melainkan
Pangrenyep sendiri.


Dengan kelihaian Pangrenyep, putra Pohaci diganti dengan seekor
anjing. Dikatakannya bahwa Pohaci telah melahirkan seekor anjing. Bayi
Pohaci dimasukkannya dalam kandaga emas disertai telur ayam dan
dihanyutkannya ke sungai Citandui.


Karena aib yang ditimbulkan Pohaci Naganingrum yang telah melahirkan
seekor anjing, raja sangat murka dan menyuruh Si Lengser (pegawai
istana) untuk membunuh Pohaci. Si Lengser tidak sampai hati melaksanakan
perintah raja terhadap Pohaci, permaisuri junjungannya. Pohaci
diantarkannya ke desa tempat kelahirannya, namun dilaporkannya telah
dibunuh.


Adalah seorang Aki bersama istrinya, Nini Balangantrang, tinggal di
desa Geger Sunten tanpa bertetangga. Sudah lama mereka menikah, tetapi
belum dikarunia anak. Suatu malam Nini bermimpi kejatuhan bulan purnama.
Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan sang suami mengetahui takbir
mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki. Malam itu juga Aki pergi
ke sungai membawa jala untuk menangkap ikan.


Betapa terkejut dan gembira ia mendapatkan kandaga emas yang berisi
bayi beserta telur ayam, Mereka asuh bayi itu dengan sabar dan penuh
kasih sayang. Telur ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya
hingga menjadi seekor ayam jantan yang ajaib dan perkasa. Anak angkat
ini mereka beri nama Ciung Wanara.


Setelah besar bertanyalah Ciung Wanara kepada ayah dan ibu angkatnya.
Terus terang Aki dan Nini menceritakan tentang asal-usul Ciung Wanara.
Setelah mendengar cerita ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ciung Wanara
akan dirinya.


Suatu hari Ciung Wanara pamit untuk menyabung ayamnya dengan ayam
raja, karena didengarnya raja gemar menyabung ayam. Taruhannya ialah,
bila ayam Ciung Wanara kalah ia rela mengorbankan nyawanya. Tetapi bila
ayam raja kalah, raja harus bersedia mengangkatnya menjadi putra
mahkota. Raja menerima dengan gembira tawaran tersebut.


Sebelum ayam berlaga, ayam Ciung Wanara berkokok dengan anehnya,
melukiskan peristiwa benahun-tahun yang lampau tentang permaisuri yang
dihukum mati dan kandaga emas yang berisi bayi yang dihanyutkan. Raja
tidak menyadari hal itu, tetapi sebaliknya Si Lengser sangat terkesan
akan hal itu.Bahkan ia menyadari sekarang Ciung Wanara yang ada di
hadapannya adalah putra raja sendiri.


Setelah persabungan, ayam baginda kalah dan ayam Ciung Wanara menang.
Raja menepati janji dan Ciung Wanara diangkat menjadi putra mahkota.
Dalam pesta pengangkatan putra mahkota, raja membagi 2 kerajaan untuk
Ciung Wanara dan Hariang Banga. Selesai pesta pengangkatan putra mahkota
Si Lengser bercerita kepada raja tentang hal yang sesungguhnya mengenai
permaisuri Pohaci Naganingrum dan Ciung Wanara.


Mendengar cerita ini raja memerintahkan pengawal agar Dewi
Pehgrenyep ditangkap. Akibatnya timbul perkelahian antara Hariang Banga
dengan Ciung Wanara. Tubuh Hariang Banga dilemparkan ke seberang sungai
Cipamali yang sedang banjir besar. Sejak itulah kerajaan Galuh dibagi
menjadi 2 bagian dengan batas sungai Cipamali. Di bagian barat
diperintah oleh Hariang Banga. Orang-orangnya menyenangi kecapi dan
menyenangi pantun. Sedangkan bagian timur diperintah oleh Ciung Wanara.
Orang-orangnya menyenangi wayang kulit dan tembang. Kegemaran penduduk
akan kesenian tersebut masih jelas dirasakan sampai sekarang

Sumber : Ciung Wanara

Rabu, 12 Oktober 2016

sang prabu siliwangi

PERJALANAN SANG PRABU SILIHWANGI

Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja Pajajaran. Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit.Kitab yg di tulis dngn menggunakan bhs.sunda kuno di dalam selembar kulit Macan putih yg di temukan di desa pajajar Rajagaluh jawa barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar pilih tanding sakti Mandraguna,Arif  & Bijaksana Memerintah Rakyatnya di kerajaan Pakuan Pajajaran Putra Prabu Anggalarang atau Prabu dewa Niskala Raja dari kerajaan Gajah dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh di Ciamis Jawa barat.
Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Sejak kecil beliau Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati di kerajaan singapura
(seblum bernama kota cirebon).
Setelah Raden pemanah Rasa Dewasa & sudah cukup ilmu yg di
ajarkan oleh ki gedeng sindangkasih.
Beliau kembali ke kerajaan Gajah untuk Mengabdi kepada ayahandanya prabu Angga Larang/dewa Niskala.
Setelah itu Raden pemanah Rasa Menikahi Putri  ki gedeng sindangkasih.
Yg bernama nyi Ambet kasih.
Ketika itu Kerajaan gajah dalam pemerintahan Prabu dewa Niskala atau prabu Angga Larang sedang dlm masa keemasanya.
Wilayahny terbentang Luas dari Sungai Citarum Di karawang yg berbatasan Langsung dengan kerajaan Sunda,smpai sungai ci-pamali berbatasan Dengan Majapahit.
Silsilah Prabu Siliwangi sebagai keturunan ke-12 dari Maharaja Adimulia.
MAHA RAJA ADI MULYA / RATU GALUH AJAR SUKARESI Menikahi Dewi Naganingrum / Nyai Ujung Sekarjingga berputra :
PRABU CIUNG WANARA berputra :
SRI RATU PURBA SARI  berputra :
PRABU LINGGA HIANG berputra :
PRABU LINGGA WESI berputra :
PRABU SUSUK TUNGGAL berputra :
PRABU BANYAK LARANG berputra :
PRABU BANYAK WANGI berputra :
PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA BUANA berputra :
PRABU WASTU KENCANA ( PRABU NISKALA WASTU KANCANA )berputra :
PRABU ANGGALARANG ( PRABU
DEWATA NISKALA ) menikahi Dewi Siti Samboja / Dewi Rengganis berputra :
SRI BADUGA MAHA RAJA PRABU SILIHWANGI/PRABU PEMANAH RASA (1459-1521M)
Pada suatu Hari Prabu AnggaLarang Geram karna Banyak dari penduduknya di muara jati yg beragama Hindu Pindah keagama Baru yg Dibawa oleh Alim Ulama dari Campa kamboja bernama Syekh Quro
Agama tersebut Bernama islam.
Maka di Utuslah Beberapa orang kepercayaannya Untuk Mengusir Ulama itu dari tanah jawa.
Konon kabarnya,Ulama besar yang
bergelar Syekh Qurotul’ain dengan nama aslinya Syekh Mursyahadatillah atau Syekh Hasanudin.beliau adalah seorang yang arif dan bijaksana dan termasuk seorang ulam yang hafidz Al-qur’an serta ahli Qiro’at yang sangat merdu suaranya.
Syekh Quro adalah putra ulama besar
Mekkah,penyebar agama Islam di negeri Campa (Kamboja) yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali RA.dan
Siti Fatimah putri Rosulullah SAW.
Sebelum Beliau datang ke tanah jawa sekitar tahun 1409 Masehi,Syekh Quro pertama kali menyebarkan Agama islam di negeri Campa Kamboja ,lalu ke daerah Malaka dan dilanjutkan ke daerah Martasinga Pasambangan dan Japura akhirnya sampailah ke Pelabuhan Muara Jati yg saat itu syahbandar di gantikan oleh ki gedeng Tapa karna Ki gedeng sindangkasih telah Wafat.
Disini beliau disambut dengan baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati,yang masih keturunan Prabu Wastu Kencana Ayah dari Prabu Anggalarang dan, oleh masyarakat sekitar.
mereka sangat tertarik dengan
ajaran yang disampaikan oleh Syekh Quro yang di sebut ajaran agama Islam.
Sampailah para utusan itu di depan pondokan syech Quro,Utusan itu Menyampaikan Perintah dari Rajanya Agar penyebaran agama Islam di muara jati Harus segera dihentikan.
Perintah dari Raja Gajah tersebut
dipatuhi oleh Syeh Quro.namun,kepada utusan prabu Anggalarang
yang mendatangi Syekh Quro,beliau
mengingatkan,meskipun ajaran agama Islam dihentikan penyebarannya.
tapi kelak, dari keturunan Prabu Anggalarang akan ada yang menjadi seorang Wali Allah.
Beberapa saat kemudian beliau pamit
pada Ki Gedeng Tapa untuk kembali ke negeri Campa,di waktu itu pula Ki Gedeng Tapa menitipkan putrinya yang bernama Nyi Mas Subang Larang,untuk ikut dan berguru pada Syekh Quro.
BerangkatLah Syeh Quro bersama Nyi subang Larang dngn menggunakan Perahu kembali ke negri campa kamboja.
Sebagai Seorang putra Raja Beliau tidak Betah tinggal diam di istana,Raden Pamanah Rasa kerap mengembara Menyamar menjadi Rakyat Jelata dari daerah satu ke daerah Lainya,Menolong yg Lemah & Memberantas Keangkaramurkaan.
Gemar bertapa & mencari kesaktian,
Di dalam salah satu pengembarannya, Ketika beliau hendak beristirhat di Curug atau air terjun,curug itu bernama Curug Sawer yg terletak di daerah Majalengka,Raden pemanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih Pertempuran pun tak terelakkan.
Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit hingga Setengah Hari,Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil
memenangi pertarungan dan membuat siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.
Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka yg terbuat dari kulit Macan,
Dengan pusaka itu beliau bisa Terbang Laksana burung,Menghilang tak terlihat oleh mata (ajian Halimun),berjalan secepat angin (Ajian saepi Angin)& Bisa Mendatangkan Bala tentara Jin.
Harimau itupun memutuskan untuk mengabdi kepada Raden Pamanah Rasa sebagai pendamping beliau.
Dengan tunduknya Raja siluman Harimau Putih,maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah.
Siluman Harimau Putih beserta pasukannya selanjutnya dengan setia mendampingi dan membantu Raden Pamanah Rasa.
Salah satunya kala kerajaan Gajah
menundukkan kerajaan2 yg Memeranginya.Siluman Harimau Putih juga turut membantu Raden Pamanah rasa saat kerajaan Pajajaran diserang oleh pasukan Mongol pada Masa kekaisaran Kubilai khan.
Karna Jasa-jasa Anaknya yg begitu besar dalam Kejayaan kerajaan gajah,maka diangkatlah Raden pemanah Rasa sebagai Raja kedua di kerajaan tersebut.
Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya
mengubah nama kerajannya menjadi
kerajaan Pajajaran. Yang berarti menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.
Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah,Prabu Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti yang pilih tanding.
Beliau menyuruh Eyang Jaya Perkasa untuk membuat senjata pisau berbentuk harimau sebanyak tiga Buah,Dalam Tiga Warna, yaitu Kuning, Hitam, Putih.
Senjata pertama yang berwarna hitam,dibuat dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang dibakar dengan kesaktian Prabu Pamanah Rasa Dalam membentuk besi yang diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.
Senjata Kedua dibuat dari air,api yang dingin,yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning, Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi putih berkilau.
Senjata itu selesai dalam waktu tujuh hari.
semalam penuh Pengeran Pamanah
Rasa memikirkan nama untuk senjata sakti tersebut,tepat ayam berkokok ditemukan nama untuk ketiga barang tersebut,Pisau pusaka itu di beri nama KUJANG (Senjata Berbentuk Harimau), dikarenakan
Pusaka itu ada tiga,Maka kujang tersebut di beri nama KUJANG
TIGA SERANGKAI,yang Artinya
BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.
Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang Kujang konon sebagai pengingat terhadap pendamping setianya, siluman
Harimau Putih.
Dan pusaka itu yg kini menjadi lambang dari propinsi Jawa Barat,
Beberapa Tahun kemudian Syekh Quro datang kembali ke negeri Pajajaran beserta Rombongan para santrinya,dengan menggunakan Perahu dagang dan serta didalam rombongan adalah,Nyi Mas Subang Larang,Syekh Abdul Rahman.Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.
Setelah Rombongan Syekh Quro melewati Laut Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Kali Citarum,yang waktu itu di Kali tersebut ramai dipakai Keluar masuk para
pedagang ke Pajajaran,akhirnya
rombongan beliau singgah di Pelabuhan Karawang.
Menurut buku sejarah masa silam Jawa Barat yang terbitan tahun 1983
disebut,Pura Dalem.
mereka masuk Karawang sekitar 1416 M.yang mungkin dimaksud Tangjung Pura,dimana kegiatan Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem..Karena rombongan tersebut,sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan,sehingga aparat setempat sangat menghormati dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka.Setelah beberapa waktu berada di
pelabuhan Karawang,Syekh Quro
menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung Karawang ).dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan,ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi daya
tarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi Subang Larang,Syekh Abdul
Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan
santri lainnya seperti ,Syekh Abdiulah
Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman bin Affan).
Berita kedatangan kembali Syekh
Quro,rupanya terdengar oleh Prabu
Anggalarang yang pernah melarang
penyebaran agama islam di muara jati,sehingga Prabu Anggalarang
mengirim utusannya.untuk menutup
pesantren Syekh Quro dengan paksa.
utusan yang datang itu adalah Putra Mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa.
sesampainya di depan pesantren Raden pemanah Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu yang dikumandangkan oleh Nyi Subang Larang,”Saat menlantunkan Ayat-ayat Al-Qur’an,”
Prabu Pamanah Rasa akhirnya
mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut.
Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu Pamanah Rasa,menaruh perhatian khususnya pada Nyi Subang Larang yang cantik dan
merdu suaranya.
Beliau pun menyampaikan keinginanya untuk mempersunting Nyi Subang Larang sebagai permaisurinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus,yang di maksud itu adalah simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berdzikir.
Selain itu,Nyi Subang Larang mengajukan syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus menjadi Raja.
seterusnya menurut cerita,semua
permohonan Nyi Subang Larang
disanggupi oleh Raden Pamanah
Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu
Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah,Prabu Pamanah
Rasa disambut oleh seorang kakek
penyamaran dari Syekh Maulana Jafar Sidik.
Prabu Pamanah Rasa merasa
keget,ketika namanya di ketahui oleh
seorang kakek.Dan Kekek itu, bersedia
membantu untuk mencarikan Lintang
Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.Sang Prabu Pamanah Rasa denga tulus dan ikhlas mengucapkan,Dua Kalimah Syahadat.yang makna pengakuan pada Allah SWT,sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad
adalah utusannya.
Semenjak itulah,Prabu Pamanah Rasa
Atau prabu silihwangi masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh,mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.
Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Kraton Pajajaran,Untuk melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M,pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan
dipimpin y oleh Syekh
Quro.
Hasil dari pernikahan tersebut mereka
dikarunai 3anak yaitu:
1.Raden Walangsungsang/kian santang( 1423 Masehi)
2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi)
3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Nama Silihwangi pun & dikenal sebagai raja yang mencintai rakyatnya.
Dia meminta agar pajak hasil bumi tidak memberatkan rakyat. Dia juga mengatur pemerintahan dengan cukup baik sehingga Pajajaran disegani.
Kemudian Prabu Silihwangi Menikahi putri Prabu Susuktunggal Raja dari kerajaan Sunda,yg bernama
KENTRING MANIK MAYANG SUNDA
Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Galuh yang seayah ini menjadi besan.Pada tahun 1482 , Prabu Dewa Niskala menyerahkan Tahta Kerajaan Galuh kepada puteranya Raden pemanah Rasa atau Jaya Dewata.
Demikian pula dengan Prabu
Susuktunggal yang menyerahkan Tahta Kerajaan Sunda kepada menantunya ini(Jayadewata).
Dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1482 itu, kerajaan
warisan Wastu Kencana berada kembali dalam satu tangan.
PRABU SILIHWANGI.
Beliau memutuskan untuk berkedudukan di Pakuan sebagai "Susuhunan" karena ia telah lama tinggal di sina menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili mertuanya. Sekali lagi Pakuan menjadi pusat pemerintahan.
Zaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Prabu Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja prabu silihwangi yang memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521).
Pada masa inilah Pakuan Pajajaran mencapai puncak perkembanganya.
Gemah Ripah Loh Jinawi,Daerah kekuasaanya sepertiga pulau Jawa yg terbentang Luas dari ujungkulon sampai ke Dataran tinggi Dieng jawa tengah.wilayah ini kala itu di sebut tataran Sunda.
Singkat Cerita Setelah Prabu Silihwangi di tinggal nyi Subang Larang ke Rahmat Allah,istri yg paling di cintainya.
Beliau mulai Melupakan islam yg pernah di ikrarkanya,Beliau lebih Memilih Kembali Memeluk Agama yg di Anut leluhurnya(sunda wiwitan).
Sedangkan Raden Walangsungsang yang juga putra mahkota Kerajaan Pajajaran berkeinginan untuk berguru agama Nabi Muhammad saw.
Lalu,ia mengutarakan maksudnya kepada ayahandanya, Prabu Siliwngi. Namun, Prabu Siliwangi melarang bahkan mengusir Walangsungsang dari istana.
Pangeran walangsungsang lahir dikeraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik,
kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran.
Pada suatu malam, Walangsungsang melarikan diri meninggalkan istana Pakuan Pajajaran.
Ia menuruti panggilan mimpi untuk
berguru agama nabi kepada
Syekh Nurjati, seorang pertapa asal
Mekah di bukit Amparan Jati cirebon.
Dalam perjalanan mencari Syekh Nurjati,Walangsungsang bertemu dengan seorang pendeta Budha bernama Resi Danuwarsi.
Kemudian Beliau pergi menuju Gunung Dihyang di Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi
Danuwarsih adalah seorang Pendeta
Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara lahiriah
masih beragama Budha.
tp Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita oleh pendeta Danuwarsih.
Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang Guru menikahkan putri satu-satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.
Begitupun Rara santang adik
Walangsungsang yang juga berkeinginan untuk mempelajari agama nabi,Rarasantang amat bersedih hati ditinggalkan pergi oleh kakaknya. Ia terus menerus menangis. Jerit hatinya tak tertahankan lagi hingga akhirnya ia
pun pergi meninggalkan istana Pakuan Pajajaran.
Lalu, Prabu Siliwangi mengutus Patih
Arga untuk mencari sang putri. Ia tidak diperkenankan pulang jika tidak berhasil menemukan Rarasantang. Namun, usaha Patih Arga sia-sia belaka karenanya ia tidak berani pulang.
Akhirnya, ia mengambil keputusan mengabdi di negeri Tajimalela.
Sementara itu, perjalanan Rarasantang telah sampai ke Gunung Tangkuban-perahu dan bertemu dengan Nyai Ajar Sekati.
Rarasantang diberi pakaian sakti
oleh Nyai Sekati sehingga ia bisa
berjalan dengan cepat. Nyai Sekati
memberi petunjuk agar Rarasantang
pergi ke gunung Cilawung menemui
seorang pertapa. Di gunung Cilawung,
oleh ajar Cilawung nama Rarasantang
diganti menjadi Nyai Eling dan diramal akan melahirkan seorang anak yang akan menaklukkan seluruh isi bumi dan langit,dikasihi Tuhan, dan menjabat sebagai pimpinan para wali. Selanjutnya, Nyai Eling diberi petunjuk agar meneruskan perjalanan ke Gunung Merapi.
Cerita beralih dengan menceritakan Resi Danuwarsi yang juga dikenal dengan nama Ajar Sasmita,yang tengah mengajar Walangsungsang. Sang Danuwarsi mengganti nama
Walangsungsang menjadi Samadullah
dan menghadiahi sebuah cincin bernama Ampal yang berkesaktian dapat dimuati segala macam benda. Ketika keduanya tengah asyik berbincang-bincang tiba-tiba datanglah Rarasantang yang serta
merta memeluk kakaknya. Di Gunung
Merapi, Walangsungsang di nikahkan
dengan indang geulis putri dari Resi Danuwarsi.
Sesuai dengan petunjuk Resi Danuwarsi, Samadullah beserta istri
dan adiknya meninggalkan Gunung
Merapi menuju bukit Ciangkup. Indang
Geulis dan Rarasantang “dimasukkan” ke dalam cincin Ampal.
Di bukit Ciangkup tempat bertapa seorang pendeta Budha bernama Sanghyang Naga,Samadullah
diberi pusaka berupa sebilah golok
bernama golok Cabang yang dapat
berbicara seperti manusia dan bisa
terbang. Setelah mengganti nama
Samadullah,Sanghyang Naga memberi petunjuk agar Samadullah melanjutkan perjalanan ke Gunung Kumbang menenemui seorang pertapa yang bergelar Nagagini yang sudah teramat tua.
Nagagini adalah seorang pendeta yang mendapat tugas dewata untuk menjaga beberapa jenis pusaka: kopiah waring,badong bathok (hiasan dada dari tempurung), serta umbul-umbul yang harus diserahkan kepada putera Pajajaran.
Atas petunjuk Nagagini,Walangsungsang kemudian berangkat ke Gunung Cangak. Nagagini memberi
nama baru bagi Walangsungsang, yakni Karmadullah.
Ketika tiba di Gunung Cangak, Walangsungsang melihat pohon
kiara yang setiap cabangnya dihinggapi burung bangau. Walangsungsang bermaksud menangkap salah seekor burung bangau itu, tetapi khawatir semuanya akan terbang jauh.
Ia teringat akan pusakanya kopiah waring yang khasiatnya menyebabkan ia tidak akan terlihat oleh siapapun termasuk jin dan setan.
Kopiah Waring segera ia pakai,
lalu ia mengambil sebatang bambu
untuk membuat bubu yang dipasang
disalah satu cabang kiara.
Dalam bubu itu diletakkan seekor ikan. Burung-burung bangau tertarik melihat ikan dalam bubu hingga membuat suara berisik dan menarik perhatian raja bangau (Sanghyang Bango) yang segera mendekati “rakyatnya”.
Raja Bango berusaha mengambil ikan
dalam bubu, namun ia terjebak masuk
ke dalam perangkap dan tak dapat
keluar, dan akhirnya ditangkap oleh
Walangsungsang. Raja Bango
mengajukan permohonan agar tidak
disembelih, dan ia menyatakan takluk
kepada Walangsunsang serta
mengundangnya untuk singgah di
istananya guna diberi pusaka.
Di dalam istana, Raja Bango berubah menjadi seorang pemuda tampan dan
menyerahkan benda pusaka berupa:
periuk besi, piring, serta bareng. Periuk
besi dapat dimintai nasi beserta lauk
pauknya dalam jumlah yang tidak
terbatas, piring dapat mengeluarkan
nasi kebuli, sedangkan bareng dapat
mengeluarkan 100.000 bala tentara.
Sanghyang Bango memberi nama Raden Kuncung kepada Walangsungsang yang kemudian melanjutkan perjalanan ke
Gunung Jati.
Setibanya di gunung Jati, Walangsungsang menghadap Syekh
Nurjati yang juga bernama Syekh Datuk Kafi yang berasal dari Mekah, dan masih keturunan Nabi Muhammad dari Jenal Ngabidin.
Lalu, Walangsungsang berguru kepada Syekh Nurjati dan menjadi seorang muslim dengan mengucapkan syahadat.
Setelah ilmunya dianggap cukup, Syekh Datuk Kafi menyuruh Walangsungsang untuk mendirikan perkampungan di tepi pantai. Walangsungsang memenuhi
perintah gurunya. Ia pun berangkat
menuju Kebon Pesisir, berikut istri dan
adiknya, yang di “masukkan” ke dalam cincin Ampal.
Perkampungan baru yang akan dibukanya kelak dikenal dengan
nama Kebon Pesisir, sedangkan
pesantrennya diberi nama Panjunan.
Dalam pada itu, Syekh Datuk Kafi
memberi gelar kepada Walngsungsang dengan sebutan Ki Cakrabumi.
Selanjutnya,Cakrabumi membuka hutan dengan Golok Cabang. Dengan kesaktian Golok Cabang, hutan lebat telah dibabat dalam waktu singkat. Ketika goloknya bekerja
membabat hutan, pohon-pohonan roboh dengan mudah, lalu golok mengeluarkan api dan membakar kayu-kayu hutan sehingga dalam waktu singkat pekerjaan
sudah selesai; sementara
Walangsungsang tidur mendengkur.
Hutan yang dirambah cukup luas
sehingga pendatang-pendatang baru
tidak perlu bersusah payah membuka
hutan. Dalam waktu singkat, pedukuhan baru itu sudah banyak penduduknya,dan mereka menamakan Cakrabuwana dengan sebutan Kuwu Sangkan.
Kuwu Sangkan sendiri tidak bertani
karena pekerjaannya hanyalah menjala ikan dan membuat terasi. Jemuran terasi yang dibuatnya membentang ke selatan hingga Gunung Cangak di tanah Girang. Suatu ketika, ia pulang ke rumahnya yang terletak di Kanoman,
ternyata gurunya, Syekh Datuk Kahfi
telah berada disana.
Ketika Syekh Datuk Kahfi menemui Walangsungsang di Kebon Pesisir,ia menganjurkan supaya Walangsungsang dan adiknya
menunaikan ibadah haji ke Mekah.
di mekkah kemudian mereka berkenalan dengan patih dari mesir yg sedang mencari permaisuri untuk rajanya,dari perkenalan itu akhirnya raja mesir menikah dengan nyi Rara santang dengan maskawin sorban nabi muhammad saw,Rara santang tinggal di Mesir bersama Suaminya & kian santang Pulang kembali ke pulau Jawa,ketika Rarasantang sedang Hamil tersiarlah kabar Bahwa Raja Mesir Wafat saat berkunjung ke negri Rum di kerajaan saudaranya, Kesedihan Rarasantang yang sedang hamil tua itu tak terbayangkan lagi mendengar kematian suaminya,apalagi masa kehamilannya telah mencapai usia 12 bulan.
Rara santang di karuniahi anak kembar yaitu syarif hidayatulloh & syarif Arifin.
Ketika Mereka berdua dewasa,tahta kerajaan mesir di turunkan ke pada syarif hidayatullah tapi Beliau Menolaknya dan Memberikanya pada Adik kembarnya syarif Arifin,syarif hidayatullah lebih Memilih Berdakwah ke pulau Jawa di tanah Leluhurnya,Setelah sampai Di muara Jati Beliau Bertemu dengan Walangsungsang,uwaknya yg telah berganti Nama pangeran Cakrabuana,kemudian di Nikahkanlah Syarif Hidayatullah dengan putri Uwaknya yg bernama Nyi mas Pakung Wati.
Kemudian Syarif Hidayatullah di Angkat menjadi Waliyulloh dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif
Abdullah dan bergelar pula sebagai
Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.
Pada tahun 1479 M, kedudukan Pangeran Cakrabuana sebagai Raja di keraton Pakung wati kemudian digantikan Sunan Gunung Jati,Beliau Lalu Mendirikan Kesultanan Cirebon Sebagai Pusat Penyebaraan Agama islam di tataran Sunda,Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai oleh Syarif Hidayatullah dengan membentuk Dewan Dakwah Sembilan Wali atau Wali Songo sebagai tokoh Ulama penyebar Agama islam di Jawa.
Dan kemudian Syarif Hidayatullah diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka , Kuningan , Kawali (Ciamis),Sunda Kelapa , dan Banten.
Di Kisahkan,setelah kerajaan2 kecil Bawahan pakuan Pajajaran berhasil di taklukan oleh kesultanan Demak & cirebon,dan rakyat pajajaran hampir seluruhnya masuk islam & para pejabat tinggi pajajaran kebanyakan lari kedaerah banten yaitu daerah badui kabupaten rangkas dan ada yang kegarut serta kecirebon.
Rakyat & pembesar kerajaan pajajaran yg tidak mau masuk islam & masih Setia mengikuti ajaran terdahulunya yg Masih Bertahan di kerajaan Padjajaran,keadaan itu Membuat Prabu Siliwangi bersedih hati,ketenangan,kedamaian dan ketentraman batinnya yang slalu
bergejolak tentang iman,karna
prabu siliwangi bersih keras mengikuti
ajaran terdahulunya dan prabu silihwangi tidak mau mengikuti ajaran istrinya meski secara hakiki prabusiliwangi telah masuk islam melalui istri nya yang kedua yaitu nyi subang larang anak ki gedeng tapa. diantara istri dan putra putrinya prabu silihwangi merasa berdosa tidak meneruskan ajaran islam yang
pernah diikrarkannya pada sumpah
perkawinannya dengan nyi subang
larang dengan maskawin berupa tasbih dipondok pesantren syeh Quro
dikarawang .
Prabusiliwangi merasa malu dengan istri dan putra putrinya serta cucunya yang menjadi waliulloh sunan gunung jati, anak dari Rara santang apa lagi pada waktu itu prabu silihwangi terkalahkan pasukan islam dan rakyat pajajaran hampir seluruhnya masuk islam.
Pada Suatu Hari Berkat kesaktiannya, Prabu Siliwangi mengetahui kedatangan cucunya,,Sunan gunung Jati. yg bermaksud ingin Mengajaknya kembali Memeluk islam.
Dalam hatinya, ia merasa malu kalau sampai tunduk kepada cucunya.
Dengan kesaktian pusakanya, sebilah
Ecis, ia berjalan ke tengah alun-alun pajajaran dan membaca mantra aji sikir, lalu pusaka Ecis ditancapkan ke tanah. Seketika itu,negara dan rakyat Pajajaran lenyap dan Sirna ke Alam ghaib,Pusaka Ecis Itupun berubah pula menjadi rumput ligundi hitam.
Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati yang datang kaget karena kerajaan pajajaran beserta Rakyatnya telah hilang berpindah ke Alam Ghaib dan berubah menjadi hutan belantara,
Sebelum pergi beliau berucap"Rakyat pajajaran yg bersembunyi di hutan seperti Harimau"
Seketika itu pula Perkataan Waliullah di kabulkan oleh Allah swt.
Rakyat pajajaran selamanya akan menjadi Harimau sampai Rumput ligundi itu di Cabut.
Kegagalan Sunan gunung Jati dalam Mengislamkan kakeknya,Prabu silihwangi.Membuat Pangeran Walangsungsang Harus Turun tangan Mengislamkan Ayahandanya,Prabu silihwangi.
dengan ilmu Saepi Angin Hanya dalam Sekejap Beliau Melesat ke Pajajaran yg telah Berubah Menjadi Hutan Belantara.
Berkat Kesaktian Ajian Trawangan  walangsungsang Berhasil Menemukan Ayahandanya,Prabu Silihwangi yg Menggunakan Ajian Halimun.Namun usaha kian santang pun sia-sia untuk merubah pendirian Ayahandanya,sang prabu tetap bersikukuh tidak mau memeluk islam.Akhirnya sang prabu beserta pengikutnya merubah wujud mereka menjadi Harimau Sebagai bukti bulatnya tekad sang prabu untuk tetap mengikuti Ajaran Leluhurnya.
prabu siliwangi pun memilih Menghilang atau ngahyang di kawasan Hutan Sancang ,saat terdesak oleh kejaran putra Sulungnya pangeran walangsungsang yg Bersikeras Mengajak Ayahandanya Untuk Masuk islam.
Kerajaan Pajajaran & prabu silihwangi Menghilang bukan berdasarkan perang melawan anak dan cucunya melainkan hanya semata-mata tidak ingin membanjiri darah dengan anak cucunya apa lagi prabu siliwangi adalah ayah yang bijaksana dan Raja yg penuh wibawa pada rakyatnya.
Sekian,apabila ada kesalahan saya mohon maaf,apabila terkandung kebaikan semata-mata karna Allah swt & smga bermanfaat untuk kita semua..
Hikayat ini di tulis Berdasarkan :
-kitab suwasit
-Babad tanah karawang
-Naskah Martasinga

silsilah nabi adam a.s sampai nabi muhammad s.a.w

Silsilah Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad SAW

Silsilah Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad SAW
Tujuan diutusnya para nabi
Tuhan maha suci dari melakukan perbuatan yang sia-sia tanpa tujuan. Pengutusan para nabi adalah salah satu bentuk rahmat Allah yang memiliki tujuan-tujuan penting. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah:
1. Hidayah Tasyri’i[1] Umat Manusia
Masalah kenabian telah terpapar sejak awal penciptaan dan memang pada dasarnya kehidupan umat manusia di dunia ini terbangun di atas hidayah tasyri’i. Ayat-ayat Al-Quran menggambarkan bahwa seakan-akan sejak diturunkannya nabi Adam AS. ke dunia, diturunkan wahyu kepadanya agar mengikuti setiap petunjuk yang akan diturunkan nanti. Jika engkau menerima petunjuk itu dan mengamalkannya, engkau pasti akan mencapai kebahagiaanmu, dan jika kamu menentangnya, kamu bakal celaka:
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah [2] : 38-39)
Atas dasar itu, sejak awal nabi Adam AS. tinggal di muka bumi perkaranya sangatlah jelas, bahwa di hadapannya akan terdapat dua jalan dan Tuhan akan membimbingnya. Ayat berikutnya menjadikan semua keturunan nabi Adam AS. sebagai lawan bicaranya; Ia berfirman:
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-A’raaf [7] : 35-36)
2. Menyempurnakan Hujjah
Salah satu hasil dari hidayah tasyri’i, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, adalah penyempurnaan hujjah. Penyempurnaan hujjah adalah tujuan kedua diutusnya para nabi. Dalam Al-Quran disebutkan dengan jelas:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa’ [4] : 165)
Di ayat lainnya, dengan menjadikan para Ahli Kitab sebagai lawan bicaranya, Allah SWT. berfirman:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.” Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maa’idah [5] : 19)
Yang jelas Ahli Kitab menganggap diri mereka sebagai pengikut seorang nabi, hanya saja mereka menanti kedatangan nabi selain nabi Muhammad SAW.
Bagaimanapun juga, ayat di atas menjelaskan bahwa para nabi diutus supaya jangan sampai para pengingkar bisa mencari-cari alasan seperti “karena seorang nabi tidak diutus kepada kami, dan karena ajaran nabi-nabi terdahulu telah terselewengkan, sesatlah kami” atau “karena sebelumnya telah dijanjikan tentang kedatangan seorang nabi namun ia tidak datang, oleh karenanya kami menjadi ragu dan berdua-hati.”
Allah SWT. berfirman:
Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?” (QS. Thaahaa [20] : 134)
Ayat tersebut menerangkan bahwa jika seandainya Allah SWT. menurunkan azab siksaan kepada umat manusia sebelum diturunkan seorang nabi untuk mengingatkan mereka, bisa jadi mereka berdalih bahwa mereka tidak tahu mana jalan yang benar dan Tuhan sendiri tidak menurunkan seorang pembimbing kepada mereka agar menunjukkan jalan yang benar serta mengeluarkan mereka dari lingkaran kelalaian. Jadi, salah satu tujuan pengutusan para nabi, adalah menutup kemungkinan bagi manusia untuk mencari-cari alasan.
3. Meluruskan Pelencengan
Ada beberapa ayat yang dapat kita petik suatu pesan darinya, namun mungkin saja itu tidak mutlak. Misalnya, Al-Qur’an mengisyarahkan penyelewengan-penyelewengan (perubahan dalam kitab suci) yang dilakukan oleh biarawan Ahli Kitab:
Mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya… (QS. An-Nisaa’ [4] : 46)
Bayangkan Tuhan mengutus seorang nabi dan ia mengajak umatnya menuju jalan kebenaran, namun dengan berjalannya masa dan dikarenakan berbagai macam sebab, ajaran nabi tersebut terselewengkan dan yang seharusnya menjadi petunjuk umat kini menjadi penyebab kesesatan mereka. Dalam keadaan seperti inilah hikmah Ilahi menuntut diutusnya seorang nabi baru untuk meluruskan apa-apa yang telah terselewengkan. Saat ini pun tidak ada Injil yang dapat ditemukan seutuhnya sebagaimana yang telah diturunkan kepada nabi Isa AS. Apa yang ada sekarang, adalah tulisan orang-orang yang dikenal sebagai murid-murid nabi Isa AS.; dan meskipun begitu, bukti bahwa Injil ini memang benar-benar tulisan mereka lemah sekali. Kandungan Injil dan Taurat yang ada saat ini justru membuktikan bahwa kitab-kitab tersebut bukan kitab yang asli sama seperti semulanya; membuktikan bahwa Injil dan Taurat yang sebenarnya telah sirna.[2] Dalam kitab-kitab itu juga banyak sekali masalah-masalah yang bertentangan dengan akal dan juga syariat agama-agama langit lainnya. Sebagai contoh, ada kesyirikan yang diajarkan dalam kitab-kitab tersebut, dan juga ada penyelewengan hukum-hukum syar’i yang telah disepakati oleh syariat-syariat yang lain. Atas dasar itu Tuhan selayaknya mengutus seorang nabi kepada mereka dan menurunkan kitab untuknya, meskipun pada akhirnya kitab tersebut diselewengkan juga. Ataupun meski tidak diturunkan kitab kepada nabi baru tersebut, paling tidak ia meluruskan penyelewengan-penyelewengan yang menyesatkan itu.
4. Menjelaskan Pesan-Pesan yang Tersembunyi
Sebagian ayat-ayat Al-Quran menjadi saksi bahwa banyak pemuka Ahi Kitab yang sengaja menyembunyikan pesan-pesan penting dalam ajaran mereka demi kepentingan duniawi. Hal ini melazimkan Tuhan mengutus seorang nabi untuk menjelaskan pesan-pesan yang mereka sembunyikan tersebut. Mengenai diutusnya Rasulullah SAW. Allah SWT. berfirman:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (QS. Al-Maa’idah [5] : 15)
Dari ayat diatas dapat difahami bahwa di antara para Ahli Kitab ada rahib-rahib yang mengerti sesuatu namun tidak menjelaskannya kepada siapapun. Ada sebagian ayat yang lain yang menunjukkan bahwa mereka sering menulis sesuatu dari diri mereka sendiri namun mereka mengaku tulisan tersebut dari Tuhan:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”. (QS. Al-Baqarah [2] : 79)
Kebanyakan rahib Ahli Kitab berbuat seperti ini. Al-Quran berkata bahwa Rasulullah SAW. diutus untuk menerangkan hakikat-hakikat yang telah mereka sembunyikan selama itu.
5. Menyelesaikan Ikhtilaf-Ikhtilaf Keagamaan
Berdasarkan yang termaktub dalam Al-Quran, sejak awal penciptaan manusia hingga bertahun-tahun lamanya (kira-kira satu abad lamanya) anak-anak Adam hidup bersatu; dan meski terjadi ikhtilaf di antara mereka, ikhtilaf itu bukan seputar agama Tauhid. Namun jauh selepas masa-masa itu, bermunculan aliran-aliran yang berbau kesesatan dan kesyirikan serta banyak sekali ikhtilaf keagamaan; kemudian Tuhan mengutus para nabi untuk menyelesaikan ikhtilaf-ikhtilaf tersebut:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah [2] : 213)
Dengan membaca ayat suci di atas, setelah nabi Adam AS., Tuhan mengutus para nabi kepada hamba-hamba-Nya untuk menyelesaikan ikhtilaf di antara mereka. Berdasarkan ayat ini, dapat diasumsikan bahwa nabi Adam AS. tidak memiliki kitab langit dan beliau hanya berdakwah secara lisan kepada umatnya (anak-anaknya—pent.); dan juga tidak ada sebuah kitab langit yang tersusun rapi di tengah-tengah umat manusia pada waktu itu. Ketika ikhtilaf-ikhtilaf itu bermunculan, hikmah Ilahi menuntut adanya kitab suci yang dapat menghukumi dengan benar untuk mereka.
Dalam ayat di atas, disebutkan: “Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab”; menjadi bukti bahwa di antara mereka ada orang-orang yang secara sengaja menyelewengkan dan melakukan perubahan dalam kitab suci. Selain ikhtilaf-ikhtilaf yang sudah ada di tengah-tengah umat manusia masa itu, mereka dengan sengaja menciptakan ikhtilaf-ikhtilaf lainnya.
“karena dengki antara mereka sendiri” menunjukkan bahwa mereka menciptakan ikhtilaf-ikhtilaf karena kepentingan duniawi dan kezaliman diri mereka. Lalu Allah SWT. berfirman: “Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.”
Tuhan memberikan petunjuk ini melalui para nabi, para imam, dan orang-orang alim di antara hamba-hamba-Nya yang beragama benar: “Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
6. Mengingatkan Kembali
Umat manusia meskipun dapat memahami berbagai perkara atau memiliki gambaran sekilas mengenai sebagian permasalahan, namun mereka tetap membutuhkan “seseorang” yang dapat memberikan peringatan kepada mereka sehingga pengetahuan mereka yang tak sempurna itu tersempurnakan; dan dengan bahasa Al-Quran, mengeluarkan mereka dari kelalaian dan kembali kepada kesadaran dan dzikir. Ini juga salah satu tujuan diutusnya para nabi. Al-Quran sering kali menyebut dirinya dan juga kitab-kitab langit lainnya dengan sebutan dzikr, dzikra, tadzkirah, mudzakkir, dsb; yang semua itu menjadi bukti apa yang dimaksud di sini. Dzikir adalah mengingat. Manusia terkadang lupa atau lalai akan hal yang pernah ia ketahui; ibaratnya ia menjadi setengah sadar. Padahal, pengetahuan akan bermanfaat dalam “memilih” hanya ketika pengetahuan itu kita sadari. Mungkin saja dalam satu komunitas masyarakat tertentu, entah apa saja faktornya, kelalaian ini benar-benar meluas sehingga masalah tersebut benar-benar ditinggalkan dan mereka tidak menemukan satu jalanpun untuk keluar dari keadaan ini. Dalam keadaan seperti inilah para nabi diutus demi menyelamatkan mereka dari kelalaian. Imam Ali AS. pernah berkata:
Tuhan mengutus para nabi untuk menuntut janji fitrah mereka dan mengingatkan nikmat-nikmat yang telah mereka lupakan.[3]
Pengenalan dan Penyembahan Tuhan adalah perkara fitri, tapi manusia lalai akannya. Akal manusia dapat memahami banyak hal; namun akal ini juga seringkali terpendam dalam hawa nafsu dan syahwat. Tugas para nabi adalah menggali dan mengeluarkan akal dari kelalaian-kelalaian itu.[4]
Jadi, salah satu tugas para nabi adalah mengeluarkan manusia dari lingkaran kelalaian dan mengingatkan mereka kembali akan hal-hal yang secara fitri dan dengan akal mereka sendiri mereka telah mengenalnya. Hal terpenting dari hal-hal itu adalah Tauhid; yang mana Al-Quran selalu mengingatkan itu dan selalu mengajak manusia kepadanya. Oleh karenanya, dapat kita ambil kesimpulan juga bahwa para nabi bertujuan mengajak umat manusia kepada Tauhid pula.
Dalam Al-Quran disebutkan:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl [16] : 36)
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21] : 25)
Dari ayat di atas dapat kita pahami dengan jelas bahwa salah satu tugas penting para nabi adalah mengajak umat manusia untuk menyembah Allah SWT. Al-Qur’an sering menceritakan kisah para nabi dan menyebut Tauhid dalam ilahiyah dan ibadiyah sebagai tujuan utama dakwah mereka: “Dan tidak adal Tuhan selain Dia bagi kalian.”
Dengan demikian, meskipun Tauhid adalah perkara fitri dan difahami akal manusia, sering kali terlupakan dan terabaikan karena faktor-faktor lain; dan hikmah Ilahi menuntut diutusnya para nabi untuk mengingatkan umat manusia akan perkara itu.
7. Ancaman dan Kabar Gembira
Terkadang manusia mengetahui sesuatu dan bahkan sadar akan itu, namun ia tidak memiliki gairah untuk beramal sesuai pengetahuannya. Pada kondisi ini ia memerlukan motivasi yang dapat menggerakkannya. Para nabi adalah pemberi ancaman dan juga pembawa berita gembira; yang mana ancaman dan berita gembira itu akan menjadi motivasi alam perbuatan umatnya. Para nabi menciptakan motivasi dan membangunkan kembali kecenderungan-kecenderungan umatnya untuk beramal saleh; karena setiap manusia takut akan adzab dan siksaan, dan kemungkinan kecil adanya siksaan seharusnya memberikan dampak dalam jiwanya. Para nabi menggambarkan dengan jelas pedihnya adzab neraka dan menyebutkan satu per satu nikmat-nikmat surga; dengan ancaman dan kabar gembira tersebut mereka mendorong umatnya untuk beramal baik dan meninggalkan keburukan.
Banyak sekali ayat-ayat Qur’an yang menyebut para nabi sebagai nadzir (pemberi peringatan), misalnya:
Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Faathir [35] : 24)
8. Memerangi Kezaliman dan Kemunkaran
Sebagaimana yang telah dijelaskan, misi utama para nabi adalah Tauhid dan mengajak umat manusia untuk melakukan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Namun di sela-sela itu, para nabi selalu memerangi segala macam kemunkaran dan kezaliman yang marak dilakukan di zaman mereka. Misalnya, nabi Syu’aib AS. memerangi para penjual mahal:
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. (QS. Asy-Syu’araa’ [26] : 181–182)
Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, (QS. Al-A’raaf [7] : 85)
Nabi Luth AS. juga memerangi kemunkaran (homoseksual) yang marak di zamannya:
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Asy-Syu’araa’ [26] : 165–166)
Masih banyak juga ayat-ayat lainnya yang mencerminkan perjuangan para nabi dalam memerangi kezaliman dan kemunkaran.
[1] Yakni pengarahan manusia kepada jalan yang benar melalui diturunkannya syariat agama.
[2] Dalam Injil yang beredar saat ini, Tuhan digambarkan seperti seorang manusia yang tidak mengetahui banyak hal, terkadang menyesali perbuatannya sendiri, bergulat dengan hambanya sendiri dan terkalahkan, menuduh para nabi telah berzina dan bahkan berzina dengan muhrimnya. Di Injil-Injil inilah hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak etis dapat kita baca.
Dari buku Jalan Kebenaran dan Penuntunnya